Selasa, 12 Juni 2007

Lampiran 29

Daftar Angka-angka Tahunan: Sejarah Batak


3000 – 1000 Sebelum Masehi.
Suku Bangsa Batak, selaku bagian dari Proto Malayan Tribes, masih bertempat tinggal di pegunungan perbatasan Burma Siam. Bersama Proto Malayan Tribes lain-lainya, yakni : Suku Bangsa Karen, Toradja, Tayal, Ranau, Bontoc, Meo, dll.
Sifat characteristic dari semua Proto Malayan Tribes, adalah : Suka berkurang in Splendid Isolation di lembah sungai serta di plateaux di pegunungan. Terutama tidak suka contact dengan orang-orang yang datang dari tepi pantai laut, orang yang biasanya membawa sesuatu Agama pula, entah pun Agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen.
Sifat tersebut itu, sangat fanatiek dipertahankan oleh orang-orang Batak dan oleh orang-orang Toradja hingga abad ke XIX. Hingga ini hari masih sangat fanatiek dipertahankan oleh orang-orang Tayal di Taiwan, oleh orang-orang Bontoc di Filippina, serta oleh orang-orang Meo di Thailand (Siam).

1000 Sebelum Masehi.
Sud Asiatische Volkerwanderung. Oleh Suku Bangsa Mongol, terdesak ke Selatan Suku Bangsa Sjan yang kemudian menjadi orang Burma, Siam, dan Cambodja. Oleh Suku Bangsa Sjan, sepanjang Sungai Salween dan Irawady, diadakan pula desakan ke Selatan, atas Suku Bangsa Proto Malayan, yang terpaksa terdesak meninggalkan splendid isolation di pegunungan dn malahan sampai ke tepi laut di teluk Martaban. Suku Bangsa Proto Malayan pergi ke seberang lautan, mencari tempat tingal yang baru, yang lebih menjamin splepdid isolation dipegunungan.
Suku Bangsa Bontoc mendarat di Filippina, Suku Bangsa Toradja di Sulawesi Selatan, Suku Bangsa Tayal di Taiwan, Suku Bangsa Ranau di Lampung. Suku Bangsa Karen ketinggalan di Burma, serta Suku Bangsa Meo, ketinggalan di Siam.
Suku Bangsa Batak mendarat disebelah Barat Pulau Andalas di dalam 3 gelombang sebagai berikut :
1. Gelombang yang pertama Suku Bangsa Batak mendarat di Nias, Mentawai, Siberut, dll. Pulau-pulau sampai di Enggano.
2. Gelombang yang kedua Suku Bangsa Batak mendarat di muara Sungai Simpang. Memasuki pedalaman Pulau Andalas up country sepanjang Sungai Simpang Kiri dan settled di Kutatjane. Berkembang dari Kutatjane menjadi orang Gajo serta orang Alas. Yang settled disekitar Sungai Simpang kanan, menjadi orang Pakpak.
3. Mainstream dari Suku Bangsa Batak mendarat di muara Sungai Sorkam. Memasuki pedalaman Pulau Andalas sepanjang Sungai Sorkam up country, dan lewat Tele mencapai pantai Barat di Danau Toba. Settled di kaki Gunung Pusuk Buhit di Siandjur Sagala Limbong Mulana, di seberang kota Pangururan yang sekarang.

In splendid isolation di Siandjur Sagala Limbong Mulana, Suku Bangsa Batak dapat quietly berkembang. Disitu terjadi 2 branches dari Batak Main Bloc, yakni sebagai berikut :
A. Tatea Bulan Branch yang di dalam Adat dianggap yang tertua.
B. Isumbaon Branch yang di dalam Adat dianggap yang bungsu.

1000 sebelum Masehi – 1510 Sesudah Masehi.
Di Siandjur Sagala Limbong Mulana memerintah selama 90 generations, Sori Mangaradja Dynasty selaku Pagan Priest Kings serta selaku Chiet Witch Doctors mengatasi Suku Bangsa Batak, di dalam Pemerintahan Theocracy.
Sori Mangaradja Dynasty terdiri atas orang Marga Sagala dari Tatea Bulan Branch. Sori Mangaradja Dynasty sangat disegani oleh Tanah Batak Selatan, yang sebagian besar penduduknya berasal dari Tatea Bulan Branch.
Karena carrying capacity tanah pertanian tidak sangup lagi memberi makan kepada penduduk yang berkembang biak, maka : Dari Siandjur Sagala Limbong Mulana serta dari sekitar Danau Toba. Suku Bangsa Batak berkembang secara centripetaal. Migrations dari bagian Suku Bangsa Batak itu, berkali-kali terpaksa pula karena di sesuatu tempat pecah Epidemics. Migrations dari bagian Suku Bangsa Batak masih berjalan terus, hingga ini hari ke daerah Rao Sumatera Barat serta ke daerah Tandjung Morawa Sumatera Timur. Di dalam abad ke XIX sangat banyak migrations orang Batak dari Tanah Batak Selatan ke Selangor Malaya.

450.
Daerah Toba sudah diduduki serta Cultivated oleh bagian dari Suku Bangsa Batak ex Siandjur Sagala Limbong Mulana, terutama dari Isumbaon Branch Sibagot Ni Pohan Clan Group. Di Toba di waktu itu ada juga minority ex Tatea Bulan Branch, antara lain : Lubis Clan.
Sebagian dari Lubis Clan terdesak keluar dari Toba, dan pergi merantau ke arah Selatan. Sebagian dari Lubis Clan mau menetap di Toba dan Uluan, hingga ini hari.
Lubis Clan yang pergi merantau itu tahun 900 terpaksa stop di Mandailing Selatan, karena collision dengan orang Minangkabau yang ex sekitar Danau Singkarak pergi pula merantau ke arah Utara. Lubis Clan di Mandailing berbenteng di Pakantan Dolok.
Lubis Clan membasmi Suku Bangsa Lubu. Yakni : Dravidic Negroid Tribes ex Satpuri Hills India, yang via Kepulauan Andaman serta Nicobar mendarat di muara Sungai BatangToru dan sudah lebih dahulu daripada Suku Bangsa Batak, memasuki “Tanah Batak Yet To Be”. Suku Bangsa Lubu bertahan di hutan sekitar Muara Sipongi. Suku Bangsa Lubu ethnologic sama dengan yang di India terpaska menjadi “Untouchables”.

600 – 1200.
Keradjaan Nagur di Simalungun. Simalungun Batak Pagan Priests Kingdom, yang lepas dari Sori Mangaradja Dynasty di Siandjur Sagala Limbong Mulana. Didirikan oleh orang Batak Simalungun, yang berasal dari Tomok Ambarita dan Simanindo, di Pulau Samosir. Bukan dari Toba seperti orang Marga Lubis di Mandailing.
Karena export Karet Balaka (Ficus Elastica, maka : Keradjaan Nagur Simalungun sangat banyak dikunjungi oleh Chinese merchant vessel, di zaman Tiongkok Swi Dynasty, 570 – 620. Di waktu itulah pihak Tiongkok mendirikan kota pelabuhan Sang Pang To, di tepi Sungai Bah Bolon, 3 Kilometer dari kota Perdagangan yang sekarang .
Tiongkok Swi Dynasty meninggalkan Batu bersurat, sampai jauh di pedalaman Simalungun

850.
Harahap Clan dari tatea Bulan Branch, ex Habinsaran seluruhnya pergi merantau ke arah Timur. Menduduki daerah pengaliran Sungai Kualu dan Sungai Barumun di Padanglawas. Harahap Clan di daerah prairies meninggalkan pertanian serta menjadi horse mounted cattle breeders.
Karena horse mounted, maka : Harahap Clan di dalam jangka waktu generations saja, sudah menduduki seluruh daerah Padanglawas antara Sungai Asahan dan Sungai Rokan. Prairies tanpa hutan, tanpa pohon. Baik untuk peternakan.
Sebagian dari Harahap Clan lewat daerah Sipirok, memasuki dan menduduki daerah Angkola dan disitu menjadi agrarian.
Di daerah Padanglawas yang maha luas, Harahap Clan menjadi feodalistic (seperti The Sheiks Of Araby). Merekalah yang membawa feodalism dan juga membawa slaves ke Tanah Batak Selatan.

900.
Marga Nasution terjadi di Mandailing. Sejak zaman Nabi Sulaiman (King Solomon), sudah ada mixed population keturunan dari segala macam non Batak seafaring people, di Hinterland dari pelabuhan Natal dan Muaralabuh (Singkuang). Terutama element Bugis disitu sanagt kuat. Supaya dapat kawin dengan wanita Lubis dan Harahap, mixed Population itu sebagian besar suka rela masuk Adat Batak, Adat Dalihan NaTolu. Datu Nasangti Sibagot Ni Pohan dari Toba, memimpin mixed population itu membentuk Marga Nasution.
Martuaradjadoli dari Siandjur Sagala Limbong Mulana, dengan anak-anak buahnya merebut dan menduduki kampung Lottung di Samosir Timur. Disitu terjadi Lottung Si Sia Marina Clan Group. Terdiri atas 7 Marga yang dianggap berusaha di dalam. Adat Patriarchy. Yakni Marga : Situmorang. Sinaga, Nainggolan, pandiangan, Simatupang, Aritonang dan Siregar.

1050.
Plague epidemics di Lottung, menyebabkan Lottung Si Sia Marina Clan Group buyar ke segala penjuru angin. Siregar Clan terpecah-dua menjadi Siregar Sigumpar dan Siregar Muara, berdua di Toba.

1100 – 1350.
Siregar, Muara berkali-kali kalah perang, dan berupa DP’s mengembara sampai ke Sipirok di Tanah Batak Selatan.

1100 – 1250.
Vassal Kingdom Aru Sipamutung di Padanglawas. Didirikan atas perintah King Radjindratsola, seorang Shiwaitic King dari India Selatan yang merebut Buddhastic Sri Langka (Ceylon). Sangat banyak menghasilkan emas.
Berlainan dengan orang Djawa, Djambi dan Palembang (yang bertiga adalah Neo Malayan). Orang-orang Batak (yang bersama orang-orang Toradja adalah Proto Malayan): Tidak mau menerima Agama Hindu. Walaupun Agama Hindu di dalam jangka waktu setengah abad saja, sudah from coast to coast penetrated di Tanah Batak !! Yakni : Mulai dari muara Sungai Barumun, lewat Portibi, Pidjorkoling, dan Tambangan, sampai ke Batangnatal.

Vassal Kingdom Aru Sipamutung sama sekali tidak ada hubungannya dengan contemporary Keradjaan Hindu di Kepulauan Indonesia, seperti Keradjaan-keradjaan : Darmasraya Djambi, Sri Widjaja Palembang, dan Singosari Djawa Timur. (Seperti : Nederlandsch Indie tidak boleh ada hubungannya dengan British India, Filippina dan French Indo China).
Setelah exhausted gold-lodes di daerah pengaliran Sungai Barumun, Batangangkola dan Batanggadis, maka : Hindu Shiwa Gold-miners itu kembali lagi ke Sri langka. Peninggalannya yang paling terkenal adalah : Biara Sipamutung. Sesuatu candi-complex yang jauh lebih lebih besar daripada candi-complex Prambanan ataupun Panataran di Pulau Djawa.

1200.
Keradjaan Nagur di Simalungun dimusnahkan oleh orang-orang Batak Karo.

1200 – 1285.
Rudimentary Keradjaan Nagur diteruskan oleh orang-orang Batak Gajo, di daerah hulu dari Sungai Pasai. Hingga pada tahun 1285, Marah Silu Radja Nagur Jang Terakhir, menjadi Sultan Mali Us Saleh,Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama.

1200 – 1508.
Keradjaan Haru Wampu. Sesuatu Karo Batak Pagan Priests Kingdom, juga lepas dari Sori Mangaradja Dynasty di Siandjur Sagala Limbong Mulana.

1206.
Kesultanan Daya Pasai merebut kota pelabuhan Barus dan dengan demikian merebut pula Monopoly Dagang Camphor dan Monopoly Dagang Kemenjan, disamping Monopoly Dagang Meritja.

1275 – 1289.
Pamalayu Expedition. Tentara Singosari merebut pepper producing daerah-pengaliran Sungai Batanghari dan Kampar. Berupa extra yang paling sedap, merebut pula Dara Petak (The White Maiden), dan Dara Djinggo (Keumbang Beureum), tidak pernah dilupakan oleh penulis orang-orang Djawa, walaupun mereka tetap lupa bahwa : Monopoly Dagang Meritja adalah lebih penting daripada gula kaki dua.
Untuk mengamankan hasil dari Pamalayu Expedition, maka : Armed Forces Singosari mendarat pula di muara Sungai Asahan. Prince Indra Warman menjadi Roy bawahan Singosari di Military Province Asahan.

1292.
Kraton Singosari direbut dan dimusnahkan oleh Panglima Djajakatwang, yang self-made menjadi King Djajakatwang King Of Kediri.
Prince Indra Warman tidak mau mengakui usurper King Djajakawang. Dia self made menjadi King Indra Warman, King Of Asahan, Pretender King Of Singosari.
Tentara Tiongkok Yuang Dynasty mendarat di Gelondong dan memusnahkan Kraton Kediri. Prince Brawidjaja, Prince Of Singosari, self made menjadi King Brawidjaja, King Of Modjopahit.
King Indra Warman tidak pula mengakui Cousin King Brawidjaja, dan dia tetap Pretender King Of Singosari. Indra Warman mengerti, bahwa : Dengan potency yang ada pada bekas Keradjaan Singosari, tentulah Keradjaan Modjopahit akan menjadi maritim sangat kuat. Pasti Keradjaan Modjopahit akan menghukum dia. King Indra Warman very wise memindahkan pusat dari his new Kingdom dari muara Asahan jauh ke pedalaman Pulau Andalas.

1293 – 1339.
Keradjaan Silo.Ber-Agama Hindu Djawa. Didirikan oleh King Indra Warman serta Tentara Singosari bawahan dia. Ibukotanya di Keraksaan. Religious Centre di Dolok Sinumbah. Keradjaan Silo Of Old menjadi Keradjaan Batak Simalungun yang pertama. Hanyalah Noblesse yang orang-orang Djawa Singosari. Sedangkan : Main population adalah terutama orang-orang Batak Simalungun dari Marga Siregar Silo.

1331 – 1364 *).
Keradjaan Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada, maritim menjadi sangat kuat.

1339.
Armed Forces Keradjaan Modjopahit mendarat di muara Sungai Asahan, bergerak up country sepanjang Sungai Silo dan memusnahkan Keradjaan Silo. King Indra Warman mati pahlawan di dalam usia tinggi. Para keturunan dari King Indra Warman berbenteng di Haranggaol, sangat jauh di tepi North bassin Danau Toba. Tentara Singosari tidak buang waktu merebut Benteng Haranggaol, karena : Masih banyak tugas yang lebih penting.

Tentara Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada sendiri merebut pagan Keradjaan Haru Wampu serta Kesjahbandaran Tamiang (bawahan Kesultanan Samudera Pasai). Tentara Modjopahit di rawa-rawa Sungai Tamiang, bit by bit habis exterminated in ampushes oleh para gerilyawan Islam, dibawah pimpinan Panglima Mula Setia. Perdana Menteri Gadjah Mada meninggalkan remnants dari Tentara Modjopahit (seperti Napoleon di Mesir, 1798), dan kembali ke Pulau Djawa. Disitu dia sangat terikat pula, oleh Galuh dan Padjadjaran yang walaupun bukan Islam, akan tetapi : Sangat fanatic menentang Imperialisma Modjopahit.
Para keturunan dari King Indra Warman berani keluar dari Benteng Garanggaol, dan mendirikan Keradjaan Dolok Silo serta Keradjaan Raya Kahean.

1339 – 1947.
Keradjaan Dolok silo dan Raya Kahean lambat laun berubah menjadi Keradjaan Batak Simalungun, yang tetap bersifat Hindu Javanese absolutism. Berdiri terus selama 600 tahun !! Menjadi Dynasty yang tertua di Kepulauan Nusantara di abad ke-XX. 250 tahun lebih tua daripada Mataram Dynasty di Pulau Djawa.
Terjadi pula 2 lagi Keradjaan Batak Simalungun. Yakni : Keradjaan Siantar dan Tanah Djawa. Radja Siantar pun adalah para keturunan dari King Indra Warman. Sedangkan Radja Tanah Djawa adalah newcomers dari Pulau Samosir, yakni : Orang-orang Marga Sinaga. Akan tetapi : Keradjaan Tanah Djawa sengaja memakai nama begitu, supaya tegas menunjukkan tanah-asal dari King Indra Warman (Pulau Djawa.

In Modern times di abad ke-XX, daerah Simalungun itulah yang paling parah disiksa oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Divide Et Impera. Karena : Disebabkan oleh Liparitic Tuffs dari volcanic explosion yang zaman purba menyebabkan Danau Toba, maka : Daerah Simalungun merupakan tanah perkebunan yang paling subur di seluruh dunia. Sepertiga dari Simalungun dijadikan tanah concessions 99 tahun untuk plantations milik Asing. Sepertiga pula dari Simalungun diberikan kepada homesteadders orang-orang Toba yang Kristen.
Keradjaan Simalunun dipecah belah oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Begitu parah, sehingga dari coastal regions Keradjaan Dolok Silo, malahan dibentuk Kesultanan Serdang. Diciptakan pula Keradjaan Silimakuta, Panai, Purba dan Raya.

1350.
Orang-orang Marga Siregar memasuki daerah Sipirok di Tanah Batak Selatan.

1416.
Armed Forces Tiongkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo (Cheng Ho), merebut dan menduduki Muaralabuh di muara Sungai Batanggadis. Disitu didirikan penggergajian kayu, dan didirikan pelabuhan Sing Kwang (Tanah Baru).

1416 – 1513.
Orang-orang Tiongkok yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi di Sing Kwang di Tanah Batak. Kayu meranti dari Tanah Batak digunakan untuk mendirikan Palaces dan Pagoda’s di Peking Tiongkok. Hingga ini hari masih kuat dan utuh.
Elements Tionghwa masuk kedalam Marga Nasution, tunduk kepada Adat Dalihan Na Tolu. Sesudah elements Bugis, menjadi consisting part yang paling kuat di dalam Marga Nasution.

1450 – 1500.
Dengan backing dari Kesultanan Malacca, Datuk Sahilan dan beberapa lagi orang-orang Minangkabau dari sekitar Sungai Kampar, meng-Islamkan orang Batak. Yakni : Orang Batak Toba dari Marga Marpaung, yang settled di sekitar muara Sungai Asahan, dan : Orang-orang Batak Simalungun di daerah Kisaran, Tindjauan, Perdagangan, Bandar, Tandjungkasau, Bedagai, Bangunpurba dan Sungaikarang.

1450 – 1818.
Dagang garam dengan caravans kuda beban, di daerah Uluan, Toba, dan Samosir, menjadi monopoly dari orang-orang Marga Marpaung yang sudah masuk Islam Mazhab Sjafi’i. Mereka membentuk Batak Muslim community yang pertama di Tandjungbalai.
Di Porsea didirikan Mesjid yang pertama di pedalaman Tanah Batak. (Hampir 400 tahun mendahului Mesjid yang pertama didirikan di Mandailing, oleh Tentara Padri pada tahun 1816 di Hutanagodang).
Antara Porsea dan Tandjungbalai kiri kanan dari Sungai Asahan, didirikan pula Mesjid yang selain daripada menjadi “Pusat Ibadat dan Keradjaan Islam”, menjadi “Pusat Business Exchange” dan menjadi Caravans Serails pula. (Patut di analysa oleh para Islamologists Indonesia, di dalam style dari Drs. Sidi Gazalba). Para pembeli garam sengaja dibiarkan tinggal Pagan, supaya tatap kampongbound. Batak punya macam !!

1508.
Keradjaan Haru dan Wampu yang Pagan, dimusnahkan oleh Kesultanan Atjeh in statu nascendi.
Keradjaan Haru yang Pagan di daerah pengaliran Sungai Wampu, itulah asal mula dari Kesultanan Langkat.

1508 – 1523.
Kesultanan Haru Delitua di daerah pengaliran Sungai Deli. Vassal Sultanate bawahan Kesultanan Atjeh. Main population adalah orang-orang Karo Dusun yang belum dan yang sudah di Islamkan.
Kesultanan Haru Delitua itu asal mula dari Kesultanan Deli.

1510.
Sorimangaradja Dynasty (yang sejak 90 generations memerintah selaku Batak Pagan Priest Kings di Siandjur Sagala Limbong Mulana), dihentikan oleh orang-orang dari Marga Manullang. Sorimangaradja Dynasty terdiri atas orang Marga Sagala dari Tatea Bulan Branch Suku Bangsa Batak.

1516 – 1816.
Di Tanah Batak Selatan main population adalah dari Tatea Bulan Branch Suku Bangsa Batak. Sorimangaradja Dynasty Titulair selama 11 generations diteruskan di Sipirok. Diakui oleh orang-orang Marga Siregar, Harahap, dan Lubis, yang adalah dari Tatea Bulan Branch Suku Bangsa Batak. Mengikuti majoritas, diakui pula oleh orang-orang Marga Nasution. Akibatnya : Singamangaradja Dynasty yang kemudian berkuasa di Bakkara Toba, di Tanah Batak Selatan tidak pernah diakui.

1513.
Atas perintah dari Sultan Ali Mukkajat Sjah, Kesultanan Atjeh in statu nascendi merebut dan menduduki sejumlah pelabuhan di pantai Barat dari Pulau Andalas, untuk dijadikan step-stones leap-frogging dari Atjeh ke Maluku, lewat Selat Sunda. Karena : Selat Malacca ditutup untuk Flow Of Good aliran dagang Pihak Islam, oleh Armada Portugis. Turut diduduki pelabuhan di pantai Barat dari Tanah Batak, sebagai berikut : Singkil, Pansur, Barus, Sorkam, sekitar Teluk Siboga, Sing Kwang dan Natal.

Agama Islam Mazhab Sji’ah masuk di kalangan orang-orang Batak, sebagai berikut : Pada orang-orang Batak Marga Tandjung di Pansur, Marga Pohan di Barus, Marga Batubara di Sorkam Kiri, Marga Pasaribu di Sorkam Kanan, Marga Hutagalung di sekitar Teluk Siboga, Marga Daulay di Sing Kwang. Sedangkan orang-orang Pasisir (mixed population from oversea tanpa nama Marga) disitu sudah lebih dahulu masuk Islam, sebagai berikut : Di Singkil sejak Ummayah Dynasty, di Barus dan Natal sejak Kesultanan Daya Pasai, di Sing Kwang sejak Laksamana Hadji Sam Po Bo (Chen Ho).

Nama Sing Kwang lambat laun berubah menjadi Singkuang.

1513 – 1818.
Dagang garam dengan caravans kuda beban di daerah Silindung, Humbang, dan Pahae, menjadi monopoly dari orang-orang Batak dari Marga Hutagalung, yang sudah masuk Islam Mazhab Sji’ah. Di kampung Horlian Hutagalung di Silindung terdiri Muslim Batak community dari orang-orang Batak Marga Hutagalung. Disitu didirikan Mesjid yang kedua di pedalaman Tanah Batak.

1523.
Kesultanan Haru Delitua dimusnahkan oleh Armed Forces Portugis. Putri Hidjau (Princess Of Atjeh and Queen Of Haru Delitua) mati pahlawan sambil berzikir. Diikat di mulut meriam, yang kemudian ditembakkan.

1550 – 1884.
Singamangaradja Dynasty selama 12 generations di Bakkara Toba. Batak Pagan Priest Kings, yang di Tanah Batak Utara menggantikan Sorimangaradja Dynasty. Sepenuhnya diakui di Tanah Batak Utara, dimana majoritas adalah orang-orang Batak dari Isumbaon Branch Suku Bangsa Batak.

1581.
Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau masuk Islam dengan nama “Sultan Alif”. Orang Djawa Singosari dari Pagarruyung Minangkabau yang tidak turut masuk Islam, sebagiab besar mengungsi ke Kurintji dan sedikit mengungsi ke Mandailing di Tanah Batak. (seperti orang-orang Baduwi yang tidak masuk Islam, dan mengungsi dari Pakuan Padjadjaran). Orang-orang Djawa Singosari dari Pagarruyung Minangkabau yang mengungsi ke Mandailing, membentuk Marga Rangkuti di Ronding, dan masuk Adat Patriarchy, Adat Dalihan Natolu. (Selaku keturunan dari orang-orang Hindu Djawa, mereka tidak pernah masuk Adat Matriarchy selama 300 tahun di Pagarruyung Minangkabau, 1289 – 1581).


1593 – 1601.
Agama Islam Mazhab Ibadiyah (Mazhab Chawaridj) di Pantjur, antara Singkil dan Barus. Dari Zanzibar dibawa oleh Abdulrauf Fansuri, seorang Ulama yang sangat tajam menulis, serta sangat berapi-api berpidato.
Antara lain mengajarkan, bahwa : Radja harus mengepalai Negara, serta harus pula mengepalai Agama Islam di dalam keradjaannya. Agama dan Negara bersatu, dan tidak mungkin terpisah. Akan tetapi, radja harus dipilih dan bukan hak keturunan. Lagipula radja harus pula dapat diturunkan serta diganti oleh seseorang yang lebih cakap dari kalangan rakyat jelata.
Ajaran itu sangat cepat berkembang di Kesultanan Atjeh serta di Kesultanan Mataram Djawa.
Atas ajuran dari Abdulrauf Singkili yang berpegangan kepada Agama Islam Mazhab Sjafi’i, oleh kesultanan Atjeh dibasmi ajaran Islam Mazhab Ibadiyah di Pantjur. Pelabuhan Pantjur habis dibumi hangus dan Abdulrauf Fansuri mati dibunuh.
Duaratus tahun kemudian, pelabuhan Pantjur dibangun lagi oleh Singamangaradja Dynasty, dengan nama : Pelabuhan “Gosong”.

1785 – 1824.
Trading post Inggris di Tapian Na Uli, di tepi Teluk Sibolga. Hanyalah berupa pied-a-terre serta tempat pengambilan air minum, antara Bencoolen serta Calcutta. Dagang Camphor serta dagang Kemenjan di Sorkam, Barus, Gosong, dan Singkil, tidak dapat direbut oleh pihak Inggris. Tapian Nan Uli menjadi penting, karena pihak Inggris dapar membeli garam di Rosa nearby. Inggris membutuhkan garam untuk Armed Forces yang concentrated di Malacca untuk merebut Pulau Djawa.

Oleh Inggris di claim, bahwa : “The Tapian Na Uli Territories” = Tanah Batak, adalah jajahan Inggris. Walaupun belum pernah diinjak oleh satu orang Inggris. Claim itu dimaksud, hanyalah untuk sesama Bangsa Eropah, yang ingin menjadi di Asia serta di Africa di daerah-daerah yang masih “blanco” menurut pembagian orang-orang Eropah. Orang Batak sendiri, tidak pernah turut tahu bahwa mereka pernah “British Subjects”.

Dari nama “The Tapian Na Uli Territories”, dari situlah asal mulanya nama “Keresidenan Tapanuli”. Diambil over oleh pihak Belanda, karena pada tahun 1824 digunakan di London di dalam perundingan “London Tractat”. Patut dihapuskan nama : “Tapanuli” itu, serta dikembalikan nama : “Tanah Batak”, seperti di dalam buku ini sangat consequent dilakukan.
Pihak Inggris di tepi Teluk Siboga sangat banyak membeli budak-budak ex daerah pengaliran Sungai Batangtoru, Puli Situmandi serta Sigeaon, yang disebutkan : “Orang-orang Nihe”. Oleh pihak Inggris, Udjung Karang = Padang settled dengan orang-orang Nihe itu. Kini di Padang masih sangat banyak orang-orang Nihe, ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dan sangat setia merayakan Tabut Hassan Hussin.

1790.
Pagu Nasution yang lahir Pagan, menjadi Orang Batak yang pertama naik hadji. Kembali dari Tanah Mekkah dengan nama : Hadji Hassan Nasution.
Hadji Hassan Nasution kemudian menjadi : Tuanku Kadi Malikul Adil. Menteri Kehakiman di dalam Pemerintahan Tuanku Nan Rentjeh di Kamang, serta di dalam Pemerintahan Tuanku Imam Bondjol di Bondjol. Tuanku Kadi Malikul Adil adalah Ayah dari the ill famed Idris Nasution gelar Tuanku Lelo.

1800.
Tanah Batak Selatan serta Tanah Batak Utara lebih daripada 90% masih Sipelebegu = Pagan

1816.
Dibawah commando Tuanku Rao, Tentara Padri merebut daerah-daerah Mandailing, Angkola, serta Sipirok. Tuanku Rao bermarkas di Sipirok di atas Dolok Pamelean.
Zaman jahiliyah dengan pedang dihapuskan. Agama Islam Mazhab Hambali dengan nama : “Agama Silom Bondjol”, masuk di Tanah Batak Selatan.
Dibawah commando Tuanku Tambusai, Tentara Padri merebut pada seluruh daerah Padanglawas, mulai dari Sungai Rokan sampai ke Sungai Asahan.

1816 – 1833.
Zaman Bondjol di Tanah Batak Selatan.

1818.
Dibawah commando Tuanku Rao, Tentara Padri merebut daerah Uluan, Toba, Humbang, dan Silindung, di Tanah Batak Utara.
Mulai dari daerah Humbang, Plague dan Cholere Epidemics sangat parah menjangkit di seluruh Tanah Batak Utara, minus daerah Uluan. Man mode malaria menjangkit pula di daerah Mandailing serta Pahae. Suku Bangsa Batak berkurang separuh, berkurang 800.000 jiwa.

1818 – 1820.
Tingki Ni Pidari di Tanah Batak Utara. Mimpi Neraka=Night mare, yang paling parah sepanjang Sejarah Batak.
Tuanku Lelo bersimaharajalela di Toba. Setiap rumah habis dibakar, supaya terpaksa keluar wanita-wanita yang bersembunyi di dalamnya wholesale abduction di Toba, seperti oleh Tentara Turky di Balkan.
Catatan.
Pendudukan Tentara Padri di Tanah Batak Utara, bukannya 1825 – 1829, seperti tersebut di dalam Almanak HKBP. Angka-angka Tahunan yang terlalu tinggi itu terjadi, karena : Dahulu Pendeta-pendeta Djerman hanyalah menerka-nerka saja dari cerita-cerita lisan. Tanpa bandingan dengan Angka-angka Tahunan di dalam Tarich Hidjrah. Lagipula, pada tahun 1824 Tentara Belanda sudah mendirikan Fort de Kodk serta Fort van der Capellen. Mustahil, bahwa sesudah itu : Tentara Padri pergi begitu jauh ke Toba. Sayang sekali, bahwa : Pihak HKBP setiap tahun mencetak Angka-angka Tahunan yang salah itu. Tanpa critik, tanpa fikiran mencari Check Points. Patut di-correctie.

1819.
Singamangaradja X mati pahlawam satu lawan satu di dalam perang tanding contra Djatenggar Siregar gelar Tuanku Ali Sakti, di Bakkara. Pihak Sinambela menang 7 – 5, di dalam Perang Tanding 12 lawan 12 contra pihak Siregar Sipirok. Dengan demikian selesai Blood Feud antara Siregar Sipirok contra Singamangaradja Dynasty, yang mulai Sumpah Togar Natigor Siregar 650 tahun sebelumnya di Dataran Tinggi Humbang.
Singamangaradja XI lahir di Tandjungbunga.
Datu Amantagor Manullang menciptakan : “Mythos Si Pongkinangolngolan” Edition Toba = Mythos Kepala Terbang.

1820.
Tentara Padri meninggalkan Tanah Batak Utara, tanpa success meng-Islamkannya.
Kesultanan Asahan didirikan oleh Mansur Marpaung, seorang Perwira Tentara Padri yang deserted sesudah debacle Tentara Padri di Tanah Batak Utara. Demikian pula, keradjaan : Kotapinang, Panai, Bila, serta Marbau, didirikan oleh bekas Perwira Tentara Padri.

1821.
Pertempuran Air Bangis. Tuanku Rao mati pahlawan untuk penyelamatan Tuanku Imam Bondjol. Tuanku Sorik Marapi serta Tuanku Patuan Soripada, mengikuti Tuanku Rao mati pahlawan. Tuanku Lelo mengkhianat serta mengamankan diri
Radja Gadumbang membentuk Federation Mandailing lepas dari supremacy Bondjol Minangkabau.

1821 – 1833.
Tuanku Lelo bersimaharajalela di Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Benteng Padangsidempuan. Sangat menguntungkan dagang Inggris di Tapian Na Uli. Tuanku Lelo dicalonkan Sultan oleh pihak Inggris.

1823.
Sir Thomas Stamford Raffless merumuskan policy supaya : “Atjeh yang Islam serta Minangkabau yang Islam, dipisah dengan Batak Christian Block”.
Untuk itu, harus selekas mungkin di Kristenkan Tanah Batak Utara, yang sudah ditinggalkan oleh Tentara Padri tanpa success meng-Islamkannya. Harus lekas, sebelum Kesultanan Atjeh di dalam jurusan terbalik meng-Islamkan Tanah Batak Utara, sesuai dengan policy Tuanku Nan Rentjeh.

Policy seperti itu, ditiru oleh Sir Thomas Stamford Raffless dari Lord Moira, Gubernur Djendral Inggris di Calcutta. Oleh Lord Moira sudah dirumuskan Policy, bahwa : “Burma yang Buddha serta Siam yang Buddha, harus dipisah dengan Karen Christian Block”.
Untuk itu, di Calcutta sudah tiba Pendeta-pendeta dari British Baptist Mission.

Usul dari Raffless itu, diterima oleh Lord Bentinck, pengganti dari Lord Moira di Calcutta. Pemerintah Inggris di Calcutta mengirimkan 3 orang Pendeta British Baptist Mission ke Tapian Na Uli, yaitu:
1. Pendeta Burton, seorang Philogist serta Ethnologist. Tugas : Menterjemahkan “The King James Bible kedalam Bahasa Batak. Kepala rombongan.
2. Pendeta Ward, seorang Hygienist, Tugas : Memeriksa situation dari Plague serta Cholera Epidemics di Silindung dan Toba, yang menyebabkan gagalnya Peng-Islaman Tanah Batak Utara oleh Tentara Padri.
3. Pendeta Evans, seorang Guru. Tugas : Mendirikan sekolah-sekolah di Tanah Batak Utara. Mulai di Tapian Na Uli.

1823 – 1824.
Pendeta Burton serta Pendeta Ward dari Tapian Na Uli, via Bonan Dolok serta Lobu Pining, fact finding memasuki Tanah Batak Utara, dan mencapai Silindung Valley. Pendeta Burton cepat sekali menguasai Bahasa Batak, dan sudah pula 40% selesai menterjemahkan King James Bible kedalam Bahasa Batak serta Tulisan Batak. Itulah terjemahan Bible yang pertama kedalam Bahasa Batak. Jauh lebih bagus bahasanya, daripada terjemahan Bible yang setengah abad kemudian dibuat oleh Pendeta Johannsen di Pansurnapitu, dan yang kini obligatorisch di dalam HKBP.
Akan tetapi, belum sampai ke Toba, Pendeta Ward sudah menasehatkan : “Mundur”. Plague dan Cholera Epidemics sudah padam di Silindung, akan tetapi : Masih sangat mengganas di Humbang serta di Toba.
Pendeta Burton serta Pendeta Ward kembali ke Tapian na Uli dan disitu membantu Pendeta Evans mendirikan Sekolah serta Rumah Piatu.
Pendeta Burton disalah gunakan oleh James Brookes menjadi juru bahasa di dalam perundingan dengan Tuanku Lelo. Sangat diambil marah oleh Pemerintah Belanda serta oleh Pimpinan British Baptist Mission.

1824.
Di dalam rangka Tractat London, Pemerintah Inggris menimbang terimakan The Tapian Na Uli Territories kepada Pemerintah Belanda. James Brookes, Pendeta Burton, dll. Orang-orang Inggris, harus pergi dari Tapian Na Uli. Semuanya dicurigai oleh Pemerintah Belanda : Sympathy dengan Tuanku Lelo dan sympathy dengan pihak Bondjol

1830 – 1867.
Singamangaradja XI memerintah di Bakkara Toba. Menggantikan Regency oleh Datu Amantagor Manullang 1819 – 1830. Kampung Bakkara dan daerah Toba serta Silindung, very energetic dibangun kembali dari ravage peninggalan “Tingki Ni Pidari”. Diadakan lagi Hubungan Diplomacy antara Singamangaradja Dynasty dengan Sultan-sultan Atjeh, yang sebelum Zaman Bondjol sudah sangat baik selama 10 generations. Singamangaradja XI sendiri 1843 – 1845 mengikuti Pendidikan Militair di Atjeh dan manjadi sahabat karib dari Ali Muhammad Sjah, Putra Mahkota Atjeh.

Dituliskan “Arsip Bakkara”. 23 jilid. Total satu setengah meter tebalnya. Sebagian merupakan Silsilah Radja Batak di Siandjur Sagala Limbong Mulana dan di Bakkara toba. Bersifat seperti : “The Book Of Kings” di dalam Bible, “The Twelve Caesars” oleh Suetonius. “Pararaton” dan Prapanca “Sejarah Banten”, “Sejarah Melayu”, “Bustanus Salathin” dan lain sebagainya. Sebagian berupa annals (Buku-buku Tahunan) perihal masa pemerintahan dari Singamangaradja XI.

1833.
Tentara Belanda dibawah commando Majoor Eilers mendarat di Natal dan menduduki daerah Mandailing. Perjanjian Pakantan. Radja Gadumbang menjadi “Regent van Mandailing”.
Tuanku Lelo mati dipancung di Batunadua. Finished Zaman Bondjol di Tanah Batak.

1833 – 1834.
Tentara Belanda dibawah commando Kolonel Elout menduduki daerah Angkola dan Sipirok. Bermarkas di bekas GHQ Tentara Padri di Dolok Pamelean di Sipirok. Untuk kedua kalinya, Sipirok digunakan menjadi batu loncatan untuk merebut daerah Toba dan Silindung di Tanah Batak Utara.

Kolonel Elout mengambil over “Raffless Policy”, perihal Divide Et Impera atas Suku Bangsa Batak. Formulated di dalam Bahasa Belanda, menjadi : “Wig Politiek”, yang bunyinya sebagai berikut :
“Een wig te drijven tusschen het Mohammedaansche Atjeh, “en het eveneens Mohammadansche Sumatra’s West Kust. “Een wig in de vorm van de gekerstende Bataklanden.

Pemerintah Belanda accoord dengan “Wig Politiek” akan tetapi : Tidak punya uang untuk mengongkosi peng-Kristenan Tanah Batak Utara secara expresse. Pemerinta Belanda sudah bancrupt, karena : Perang Belgia, Perang Djawa, serta Perang Padri yang masih berlangsung. Lagipula, Negeri Belanda sendiri sudah dirampas kosong oleh Tentara Napoleon.
Pemerintah Belanda mengizinkan kepada Kolonel Elout, dengan usaha sendiri meng-Kristenkan Tanah Batak Utara, tanpa perongkosan dari pihak Pemerintah Belanda.

Kolonel Elout very active. Dia ada Pendeta Tentara Belanda bawahan dia, antara lain : Pendeta Verhoeven di tangsi Tentara Belanda yang sedang dibangun di Pakantan Mandailing. Lewat Majoor Eillers turun perintah, bahwa : Pendeta Verhoeven harus mempersiapkan diri untuk meng-Kristenkan penduduk asli di Tanah Batak Utara. Pendeta Verhoeven harus bergaul dengan penduduk asli di Pakantan, dan harus belajar Bahasa Batak.

Disamping itu, kolonel Elout via his Sister in Boston USA, meminta pula kepada American Baptist Mission supaya mengirim Pendeta ke Tanah Batak Utara yang masih Pagan, dan yang sudah ditinggalkan oleh British Baptist Mission. Permintaan itu, diperkuat pula dengan financing oleh Clipper Millionairs di Boston, yang mau saja sedikit investment mengongkosi Pendeta ke Tanah Batak Utara. Dengan maksud supaya Dagang Export dan Import dari Tanah Batak Utara, seluruhnya jatuh kepada mereka itu.

Catatan.
Seperempat abad kemudian Hamburg Millionairs mengongkosi Pendeta dari Barmen untuk meng-Kristenkan Tanah Batak Utara. Hasilnya, 1880 – 1940, di belakang “Rheinische Missions Gesselschafft, seluruh Dagang import dan Export dari Tanah Batak Utara, 100% di Monopoly oleh “Hennemanu Aktions Gesellschafft”. Sesudah PD II total dari Pengusaha National, tidak pun sanggup mendekati 100% dari volume dagang “Hennemann & Co”. dahulu di Tanah Batak Utara.


1833 – 1865.
“Agama Silom Bondjol” = Agama Islam mazhab Hambali berupa a thin veneer di Tanah Batak Selatan, di retool oleh Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Di dalam bidang itu, di daerah Sipirok sangat berjasa : Kulipah Somad Nasution yang datang dari Hutasiantar Mandailing. Yakni : Seorang cucu pula dari Pagu Nasution alias Hadji Hassan Nasution gelar Tuanku Kadi Malikul Adil. Dengan demikian, Kulipah Somad Nasution serta Djarumahot Nasution adalah bersaudara sepupu =Cousins. Kulipah Somad Nasution sangat banyak dibantu oleh Djamarilun Nasution, seorang Putra dari Djarumahot Nasution.


1833 – 1930.
Big Treck penduduk Tanah Batak Selatan yang sudah Islam, via Kelang ke Selangor Malaya. Semula, karena segala kaki tangan dari “Bondjol” di Tanah Batak Selatan diburu-buru oleh Pemerintah Hindia Belanda, terutama untuk memperoleh Harta Karun Tuanku Lelo. Lagipula, sangat banyak orang-orang Namartjap peninggalan Tuanku Lelo,yang menyingkirkan diri ke Selangor Malaya. Last but not least, Entjik Hussein bin Idris di Selangor Malaya suka menampung orang-orang ex Tanah Batak Selatan. Exodus itu, berhenti pada tahun 1930 karena mulai malaise.
Orang ex Tanah Batak Selatan dibawah pimpinan Radja Asal bin Idris seorang Putra dari Tuanku Lelo, berontak terhadap Yangdipertuan Radja Negeri Sembilan, untuk mendirikan Keradjaan Kelang. Tidak success, karena dibasmi oleh pihak Inggris. Akibatnya, daerah Kelang lepas dai Keradjaan Negeri Sembilan dan masuk kedalam Kesultanan Selangor.
Kini sangat banyak pembesar Negara Persekutuan Tanah Melayu, termasuk Duta besar, yang mengaku berketurunan Tanah Batak Selatan

1834.
Djamandatar Lubis serta Kalirantjak Lubis, 2 orang bekas Perwira Tentara Padri yang selamat kembali dari Toba, di Pakantan Mandailing di baptiskan oleh Pendeta Verhoeven masuk Kristen Protestan Calvinist. Itulah orang-orang Batak yang pertama masuk Kristen, 1834. Bukannya Simon Siregar serta Jakobus Tampubolon (1861), sebagaimana setiap tahun masih saja salah dicetak di dalam Almanak HKBP.

Dari Boston USA. Pimpinan dari American Baptist Mission benar mengirim 3 orang Pendeta ke Tanah Batak. Yakni : Pendeta Lyman. Ellys ditempatkan di Mandailing, untuk meladeni orang-orang bekas Islam yang tidak disangka dapat di-Kristenkan oleh Pendeta Verhoeven. Pendeta Lyman serta Pendeta Munson harus mengikuti jejak dari Pendeta Burton serta Pendeta Ward 10 tahun sebelumnya.

Dari Siboga, Pendeta Lyman serta Pendeta Munson Memasuki pedalaman Tanah Batak Utara. Mereka di sertai oleh Djamal Pasaribu selaku juru bahasa. Karena, Berlainan dengan Pendeta Burton, Pendeta Lyman serta Pendeta Munson tidak suka buang waktu untuk terlebih dahulu belajar Bahasa Batak di tepi Teluk Siboga. Very stupid Radja Panggulamai

Lagipula, Pendeta-pendeta Amerika itu, adalah good shots=pandai berburu. Mereka membawa Kentucky rifles yang lebih tinggi daripada, manusia, untuk deer hunting for meat supply. Di dekat kampung Labupining, Pendeta Lyman accidentally menembak mati seorang wanita tua, Pendeta Lyman accidentally menembak mati seorang wanita tua, yang kebetulan adalah Namboru (Fathers Sister), dari Radja Panggulamai.

Oleh Radja Panggulamai, Pendeta-pendeta Amerika itu disuruh tangkap, diikat pada tonggakl dan dihukum mati. Djamal Pasaribu yang di Tapian Na Uli, sedikit Pidgin English, tidak berhasil membebaskan 2 orang tawanan kulit putih itu.

Pendeta Lyman serta Pendeta Munson di Lobupinang menjalani hukuman mati “Ermordet and augegessen” begitulah kamudian dituliskan atas batu marmar pada tugu peringatan Pendeta yang malang itu, dituliskan oleh Pendeta Djerman yang setengah abad kemudian datang di Lobupining. Oleh orang Indonesia tulisan yang sangat menghina itu, dihapuskan sesudah Pendeta Djerman semuanya dikurung di belakang kawat duri dari Pemerintah Belanda, 1940.
“The Blood Of The Martyr.
“Is The Seed Of Religion.

1834 – 1838.
Pemerintah Militair Belanda di Tanah Batak Selatan. Di atas Dolok Pamelean di Sipirok didirikan rumah Kolonel. Sipirok untuk kedua kalinya menjadi bau loncatan, untuk merebut Tanah Batak Utara. Di dalam jangka waktu seperempat abad saja. Dolok Pamelean di Sipirok berturut-turut menjadi GHQ’s Tuanku Rao dan Kolonel Elout.

1838 – 1884.
Residentie Air Bangis di dalam Gouvernment Sumatra’s West Kust. Ber-Ibukota di Air Bangis. Meliputi Tanah Batak yang bit by bit ditundukkan kebawah Pemerintah Kolonial Belanda, sebagai berikut.
Mandailing, Angkola, dan Sipirok, 1838 menjadi “Direct Bestuurd Gebied” (Daerah Pangreh Pronjo). Radja Gadumbang tidak benar dijadikan Sultan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, akan tetapi : Dibohongi menjadi “Regent Voor Het Leven” (Pemangku Seumur Hidup).

Daerah Padanglawas masih dikuasai oleh Tuanku Tambusai hingga tahun 1863. Kemudian sebagian dari daerah Padanglawas menjadi daerah Pangred Prodjo di dalam Residentie Air Bangis (yang sejak 1905 menjadi Residentie Tapanuli), dan sebagian menjadi daerah Swapadja di dalam Residentie Bengkalis (yang menjadi Sumatra Timur).
Silindung masuk kedalam Residentie Air Bangis pada tahun 1873, dan Toba pada tahun 1881.

1843 – 1845.
Singamangaradja XI mengikuti Pendidikan Militair di Indrapuri Atjeh.

1845 – 1847.
Teku Nangta Sati mengepalai Atjeh Military Mission di Bakkara Toba. Bersama Singamangaradja XI, Teku Nangta Sati membuat siasat gerilya, yang kemudian 1873 – 1907 sangat membingungkan pihak Imperialis Belanda.

1846.
Di Bakkara Toba lahir Prince Parobatu, satu-satunya Putra dari Singamangaradja XI.

1857 – 1861.
Zending Calvinist Belanda dari “Geredja Petani Ermeloo Holland”, active di Tanah Batak Selatan. Yakni : Pendeta van Asselt di Parausorat Sipirok, Pendeta Dammerboer di Hutarimbaru Angkola, Pendeta van Danen di Pagarutan Angkola dan Pendeta Betz di Bungabondar Sipirok.

Tidak success membendung Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang di dalam suasana Pax Neerlandica meretool “Ugamo Silom Bondjol” (Agama Islam Mazhab Hambali) di Tanah Batak Selatan. Pemerintah Kolonial Belanda mempercayakan Peng-Kristenan Tanah Batak Utara dan Selatan, kepada Pendeta Djerman dari “Rheinische Missions Gesellschafft”, yang nganggur di Batavia sejak diusir keluar dari Kalimatan Selatan, oleh Pangeran Hidayat.

Pemerintah Belanda menghubungkan Pendeta Fabri pemimpin “Rheinische Missions Gesellschafft” di Barmen Djerman, dengan Pendeta Witteveen pemimpin dari “Geredja Petani Ermelo Holland”. Pendeta Witteveen terpaksa mengalah, karena : Tidak punya uang. Sedangkan “Rheinische Missions” sangat kuat keuangannya, karena backing dari “Hennemann Aktions Geskffschaft” di Hamburg. Yang kemudian 1880 – 1940 benar berhasil memonopoly dagang import serta export dari Tanah Batak Utara, yang sudah di Kristenkan.

1861.
pada tanggal 7 October 1861, di dalam rumah Pendeta van Asselt di atas tanah pusaka Bondanalolot Nasution di Parausorat Sipirok. Diadakan Rapat Bersama oleh Pendeta Belanda yang sudah active di Tanah Batak serta Pendeta Djerman yang baru datang. Rapat dibuka oleh Pendeta van Asselt, dan ditutup oleh Pendeta Klammer. Artinya : Pimpinan peng-Kristenan Tanah Batak sudah berpindah dari tangan Pendeta Beland dan sudah dipegang oleh Pendeta Djerman.

Pendeta Dammerboer serta Pendeta van Dalen tidak suka dikebawahkan kepada “Moffen” = orang Djerman. Mereka menempuh ujian dan berpindah menjadi guru pada Pemerintah Hindia Belanda. Nama Dammerboer kemudian sangat terkenal berhubung dengan Kweekschool Padangsidempuan.

Tanggal 7 October 1861 kemudian sangat dimuliakan oleh orang-orang Batak Kristen Protestan Lutheran selaku tanggal lahir dari HKBP=Huria Kristen Batak Protestan. Walaupun sebenarnya HKBP, didirikan pada tanggal 11 Juni 1931, dengan sesuatu “Acte Rechtspersoon”.


1861 – 1907.
Supaya lebih mudah mendapatkan tanah concession untuk plantations, maka : Pemerintah Hindia Belanda mengadakan “Zelfbestuur” (Swapradja), di Keresidenan Bengkalis Sumatra Timur. Sekaligus untuk Divide Et Impera, Tanah Batak dipecah sebagai berikut :
1. Yang di Keresidenan Tapanuli. “Direct Bestuurd Gebied”=Pamong Pradja.
2. Yang di Sumatra Timur. “Zelfbestuurs Gebied”=Swapradja.
3. Daerah-daerah : Singkil, Gajo dan Alas, atas permintaan Komandan Tentara Belanda di Kotaradja, dimasukkan kedalam Atjeh.

Daerah-daerah Batak yang menjadi Swapradja dan yang sedikit banyak menjalani Malayation, adalah sebagai berikut :
1. Kesultanan Langkat. Bekas Keradjaan Haru Wampu di Tanah Karo Dusun.
2. Kesultanan Deli. Bekas Vassal Sultanate Haru Delitua di Tanah Karo Dusun.
3. Kesultanan Serdang. Bekas daerah-daerah : Perbaungan, Pakam, Patumbukan, serta Bangunpurba, dari Keradjaan Dolok Silo Simalungun.
4. District Bedagai. Dilepaskan dari Keradjaan Raya Kahean Simalungun. Dibawah seorang Tengku, mendapat status seperti Pakualaman Djokdja.
5. Kesultanan Asahan, yang didirikan oleh Mansur Marpaung gelar Tuanku Asahan
6. Keradjaan Kotapinang, yang didirikan oleh Alamsjah Dasopang gelar Tuanku Kotapinang.

Catatan :
Keradjaan Kotapinang di muara Sungai Barumun, itulah yang paling banyak tinggal Batak, di antara “Daerah-daerah Tengku” ciptaan Belanda itu.
7. Dll, dll, yang kecil-kecil seperti : Marbau, Panai, Bila, dan lain sebagainya.
8. Lagipula, di Simalungun diciptakan 3 Keradjaan yang baru, untuk memecah belah Keradjaan Dolok Silo, serta Keradjaan Raya Kahean.
9. Climax di Tanah Karo Gunung diciptakan Keradjaan Sibayak.
Pada tahun 1947, Revolutie Rakyat menyapu bersih segala Feodallism ciptaan Belanda di Sumatera Timur. Kesultanan Siak Sri Indrapura tidak diganggu oleh Revolutie Rakyat. Akan tetapi kemudian dihapuskan oleh Pemerintah Republiek Indonesia. Di Kesultanan Siak Sri Indrapura tidak terjadi massacre, seperti di Kesultana Langkat.

1863.
Pendeta Nommensen dari Sipirok memasuki Silindung. Peng-Kristenan Tanah Batak Utara dimulai,dan dikerjakan very systematic. Dengan backing dari Radja Pontas Lumbantobing, Pendeta Nommensen mendirikan Geredja yang pertama di Tanah Batak Utara, yakni di Hutadamai Silindung.

1864 – 1866.
Prince Parobuta selama 2 tahun mengikuti Pendidikan Militair di XXV Mukim, Atjeh. Prince Parobuta pun membawa sesuatu Acheh Military Mission ke Bakkara.

1867.
Pecah lagi Cholera epidemics di Tanah Batak Utara. Singamangaradja XI The Great wafat karena Cholera. Prince Parobatu naik tahta menjadi Singamangaradja XII gelar Ompu Radja Pulo Batu.
Pendeta Nommensen serta Radja Pontas Lumbangtobing sangat mujur, unexpecpectedly dapat meng-Kristenkan orang-orang Batak yang mendadak berduyun-duyun datang ke Christian community di Hutadamai, untuk mencari perlindungan dari Cholera.

1867 – 1884.
Singamangaradja XII selama 17 tahun memerintah di Bakkara dengan tangan besi. Untuk mempertahankan “Singgasana Batak Pagan Priest Kings”, yang di Tanah Batak Utara sudah selama 12 generations diduduki oleh Singamangaradja Dynasty, maka : Singamangaradja XII secara totalitair menentang Pemerintah Belanda, serta menentang infiltration dari Agama Kristen yang dibawa oleh Pendeta Djerman. Terang bahwa orang-orang Batak yang sudah Kristen (dan lebih lagi yang sudah Islam), tentulah tidak mau mengakui seorang Batak Pagan Priest King.

Radja Pontas Lumbantobing di Saitnihuta Silindung, menjadi Antipode dari Singamangaradja XII.
1. Radja Pontas lumbantobing berpendirian bahwa Singamangaradja Dynasty pada tahun 1819 sudah putus, pada waktu Singamangaradja X mati dipancung oleh Tentara Padri.
2. Radja Pontas Lumbantobing berpendirian, bahwa orang-orang Tanah Batak Utara harus menyesuaikan diri dengan Zaman Modern. Artinya :
A. Harus Bersekolah, dan
B. Harus ber-Agama Monotheist.
Sangant benar pendirian Radja Pontas Lumbantobing.

Radja Pontas Lumbantobing, bukanlah primair Pengkhianat Bangsa selaku Antipode dari Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia. Akan tetapi : Radja Pontas Lumbantobing adalah primair El Benefactor Tanah Batak Utara, selaku penganjur supaya orang-orang Tanah Batak Utara mulai bersekolah serta mulai ber-Agama Monotheist. Setiap orang Tanah Batak Utara yang Kristen, dan yang pandai membaca dan menulis, harus berterima kasih hal itu kepada Radja Pontas Lumbantobing, dan bukanlah kepada Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia.

Di Tanah Batak Utara didirikan sangat banyak Sekolah-sekolah Zending jauh lebih banyak per capita daripada pernah ada Sekolah-sekolah Desa di Pulau Djawa. Anak-anak dari Sintua=Elders Of The Church, mendapat priority masuk Sekolah Zending. Untuk menjadi Sintua, orangnya harus patuh Kristen. Orang Tanah Batak Utara berlomba-lomba menjadi Sintua. Anak-anak dari Sintua serta cucu dari Sintua di dalam abad ke-XX sangat banyak membanjir ke Sumatra Timur serta ke Pulau Djawa, turut memperebutkan kedudukan yang lucrative. Benar bahwa Radja Pontas Lumbantobing adalah El Benefactor Tanah Batak Utara. Patut dihormati.

Singamangaradja XII Pagan Priest King menjadi kehilangan bantuan dari Rakyat Jelata di toba dan Silindung, yang sudah masuk Kristen, dan sudah berlomba-lomba menjadi Sintua.
Penduduk Dairi, Pakpak, dan Simsim, masih Pagan dan karena itu : Masih sangat setia kepada Singamangaradja XII tidak selaku Pahlawan Nasional Indonesia, akan tetapi : Selaku Batak Pagan Priest King. Singamangaradja XII meninggalkan Bakkara dan pergi bergerilya di daerah-daerah yang masih Pagan itu, 1884 – 1907.

1869.
Karya dari Pendeta Ellys di Mandailing, sangat melanjutkannya karena sebagai berikut :
1. Baptists=”Doopsgezinden” sangat sedikit di dunia ini. Baptists melepaskan diri dari Geredja Rom Katholiek, lebih dahulu daripada Protestants dengan Martin Luther pada tahun 1517. Baptist meng-Kristenkan orang-orang dewasa dengan cara kecemplung seluruh badan di dalam sungai. Seperti oleh Johannes Pembaptis, sebelum Jezus Christus.
2. American Baptist Mission serta British Baptist Mission tidak mau lagi mengongkosi Pendeta di Pakantan Mandailing, yang sudah solide ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Disitu tidak ada lagi orang-orang Silom Bondjol, yang entah dapat di-Kristenkan. Rugi orang-orang yang sudah Islam, hanyalah exceptionally mau masuk Kristen, artinya : “Se-olah-olah kembali kafir”.

Romanov Dynasty = Pemerintah Tsar di Russia, ber-Agama Kristen Orthodox Katholiek. Akan tetapi : di Ukraina Russia Selatan ada sedikit Baptists keturunan Belanda, yang disitu disebutkan : “mennoniets”, karena mereka adalah para keturunan dari Menno Simons. Baptists, “Doopsgezinden” di Negeri Belanda habis dibasmi oleh Protestants, di dalam periode 1568 – 1648. Baptists orang-orang Belanda para pengikut dari Menno Simons, melarikan diri ke Ukraina Rusia. Disitu mereka dilindungi oleh Romanov Dyanasty, karena mereka sangat pandai perihal pertanian serta peternakan.

Romanov Dynasty sedang asyik menanam pengaruh di seluruh Asia, mulai dari selat, Dardanella, sampai ke Wladiwostok. Oleh Romanov Dynasty diatur, supaya Pendeta Mennoniet dari Ukraina Russia, pergi ke Pakantan Mandailing, 1869 – 1918.
Geredja yang di Pakantan Mandailing didirikan pada tahun 1838 dirombak dan diganti dengan sesuatu Geredja model Basilyk Russia, lengap dengan atap yang “berbentuk bawang”, 1869. Pendeta-pendeta Mennoniet Russia pada tahun 1918 berhenti di Pakanta Mandailing, karena Romanov Dynasty pun berhenti di Russia. Pendeta Iwan Tissanov, Pendeta Mennoniet Russia yang terakhir di Pakantan Mandailing, pindak ke Bandung. Disitu dia sangat berjasa menjadi pelopor dari “Cabaret Dardanella”, meng-introduceer high kicking kedalam “extra” dari Sandiwara Rakyat.

Para Keturunan dari Kalirantjak Lubis serta Djamandatar Lubis, kini menjadi anggota yang sangat setia dari HKBP menjadi orang Kristen Protestan Lutheran. Namanya harum semerbak karena nama : Martinus Lubis, Pahlawan Medan 1947. Tidak percuma para keturunan dari Perwira Tentara Padri yang 1818 – 1820, turut merebut Toba.

1870.
Situation Agama di Tanah Batak.
1. Di Tanah Batak Selatan.
a. 90% ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
b. Remaining 10% ber-Agama : Islam Mazhab Sji’ah di Natal dan Siboga, Kristen Protestant Calvinist di Sipirok, serta Kristen Baptist di Pakantan Mandailing.
c. “Agama Silom Bondjol” serta Paganism sudah tinggal exceptional.
2. Di Tanah Batak Utara.
a. 90% Pagan = Sipelebegu.
b. Remaining 10% ber-Agama : Islam Mazhab Sjafi’i di daerah pengaliran Sungai Asahan, Islam Mazhab Sji’ah di kampung Hutagalung, serta Kristen Protestan Lutheran di kampung Hutadamai Silindung serta kampung Saitnihuta Silindung.

1873.
Mesjid yang sedang dibangun di Tarutung, dirombak oleh Tentara Hindia Belanda. Hadji-hadji dari orang Marga Hutagalung dikeluarkan dari Silindung Valley, oleh Pemerintah Belanda. Agama Islam di Tanah Batak Utara, dibendung oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pertempuran Tanggabatu yang kedua, Singamangaradja XII luka kena tembak, dan mengeluarkan darah. Hal mana sangat menggoncangkan kepercayaan akan Alemu pada Singamangaradja XII.
Offensive Power Singamangaradja XII patah dilumpuhkan oleh Tentara Belanda. Dari Dataran Tinggi Humbang. Bakkara ditembaki oleh Tentara Belanda dengan Artillery, akan tetapi tidak diserang dengan Infantry.

1881.
Toba direbut serta diduduki oleh Tentara Belanda. Di Balige di tempatkan Controleur BB. Di Laguboti ditempatkan Detachement Tentara Belanda, di bekas tempat Markas Tuanku Lelo. L’histoire se repete.
Pendeta Pilgram di Balige, serta Pendeta Bonn di Muara, mulai peng-Kristenan daerah Toba. Tentara Belanda diperkuat, dan Laguboti menjadi garnizoen tetap.

1882 – 1884.
Singamangaradja XII di Bakkara sangat active meng-organiseer pengusiran Pemerintah Belanda serta pengusiran Pendeta-pendeta Djerman keluar dari Tanah Batak Utara.
Singamangaradja XII menjanjikan uang sebanyak 300 Ringgit Burung, untuk setiap orang yang memancung seorang Pendeta Djerman serta membawa bukti berupa kepala yang dipancung itu. Terutama Pendeta Bonn di Muara (antara Bakkara dan Balige) berada di dalam keadaan bahaya maut dan mesti mendapat pengawalan.

1883.
Destor Nasution, Putra dari Djarumahot Nasution alias Hussni bin Idris serta cucu dari Idris Nasution gelar Tuanku Lelo, menjadi Pendeta. Orang Batak yang pertama ditahbiskan menjadi Pendeta. Greatgrandson dari Pagu Nasution alias Hadji Hassan Nasution gelar Tuanku Kadi Malikul Adil. Orang Batak yang pertama naik Hadji, 1790.
Tentara Singamangaradja XII menyerang Muara, dengan maksud hendak merebut kembali daerah Toba, serta mengusir Tentara Belanda dari Laguboti. Pendeta Bonn serta isterinya, luput dari bahaya maut dari rumahnya yang dibakar di Muara.
Bakkara dikepung oleh Artillery serta Infantry Belanda serta ditembaki hancur lebur.

1884.
Para keturunan dari Idris Nasution gelar Tuanku Lelo yang ber-Agama Kristen, diusir keluar dari kampung Parausorat Sipirok, oleh para keturunan dari Idris Nasution gelar Tuanku Lelo yang tetap ber-Agama Islam. Destor Nasution alias Pendeta Petrus Nasution mendirikan kampung Padang Matinggi, sesuatu Kampung Kristen di Tanah Batak Selatan. Khusus Kristen hingga ini hari. Menyusul pula kampung Sumurana didirikan oleh Orang-orang Marga Pulungan yang ber-Agama Kristen, dan dikeluarkan dari Baringintumburjati.
Dibawah cover Artillery, Bakkara direbut oleh Infantry Belanda.
23 jilid buku-buku “Arsip Bakkara” diamankan oleh Pendeta Pilgram.

Singamangaradja XII cs hidjrah ke Tamba, dan dari situ bergerilya di daerah-daerah : Dairi, Pakpak, serta Simsim, yang masih Pagan dan yang tetap setiap kepada Singamangaradja XII selaku Batak Pagan Priest King.

Putri Lopian Boru Sinambela muncul di gelanggang sejarah. Di dalam usia 11 tahun, Putri Lopian Boru Sinambela di Bakkara mendirikan “Tortor”, untuk memintakan Rachmat dari Debata Muladjadi Nabolon untuk perjuangan Ayahnya, Singamangaradja XII. 1884 – 1907 selama 23 tahun, Putri Lopian Boru Sinambela sangat setia mendampingi Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia, di dalam gerilya di hutan-hutan. Satu-satunya wanita Indonesia yang pernah bergerilya non stop selama 23 tahun. Patut dihormati Putri Lopian Boru Sinambela, Sri Kandi Batak. Sedikitnya dihormat dengan nama taman serta dengan nama sesuatu Girl College.

1884 – 1905.
Padangsidempuan ibukota Keresidenan Tapanuli, yang dipindahkan dari Air Bangis. Karena Guru Batak murid dari Willem Iskandar, maka : “Kweekschool Padangsidempuan menghasilkan orang-orang Batak intellektueel, yang pertama merasa dirinya : “Batak Sejati”. Antara lain : Sutan Martua Radja yang kemudian sepenuh hati menjadi “Penyelidik Sejarah Batak”, 1891 – 1941.

1884 – 1907.
Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia dengan heroisma yang maha besar, gagah perkasa bergerilya contra Penjajahan Belanda, di daerah : Pakpak, Dairi, dan Simsim. Tanpa sedikit pun bantuan dari Orang-orang Toba dan Silindung, yang sudah berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya serta cucu-cucunya, dan untuk itu rebut-rebutan untuk menjadi Sintua.

1905.
Ibukota Keresidenan Tapanuli dipindahkan dari Padangsidempuan ke Siboga “Europeesche School” di Siboga membuka kemungkinan untuk Orang Batak, supaya menuntut ilmu di dalam Bahasa Belanda, antara lain untuk menjadi Dokter.

1907.
Singamangaradja XII mati Pahlawan.

1912.
Permulaan dari Islam Reveille di Tanah Batak Selatan, yang sudah satu abad lepas dari Kegelapan Jahiliyah. Dimulai di Tanobato Mandailing , oleh Hadji Mustafa Hussin Purbabaru, seorang bekas murid dari Renovator Besar : Sjeich Muhammad Abduh Rector Magnificus dari Sjafi’itic Al Azhar University di Cairo Mesir. Didirikan “Perguruan Mustafawiyah”, Perguruan Islam secara methodiek modern, yang pertama di Tanah Batak. Menarik siswa-siswa sampai dari Sipirok dan dari Porsea.


Catatan :
Parallel dengan itu di Minangkabau juga sangat active bekas murid-murid Sjeich Muhammad Abduh seperti : Hadji Karim Amarullah, Hadji Djamil Djambek, dll, dll.
Demikian pula di Kesultanan Langkat, para keturunan dari Djatenggar Siregar gelar Tuanku Ali Sakti, yang mendirikan : “Lilbanaad College”.

CATATAN :
1. Daftar Angka-angka Tahunan ini, sangat diperpendek serta streamlined dari aslinya : “Sejarah Batak”, yang 900 halaman tebalnya, disusun oleh Sutan Martua Radja pada tahun 1939. Itulah percobaan yang pertama, menuliskan Sejarah Batak yang exact serta terikat pada Angka-anagka Tahunan. Sudah mulai disusun pada waktu orang-orang Batak masih ribut-ribut nonsense “Mythos Batak” serta nonsense “Taromba”=genealogies yang hanyalah mengenai keturunan dari satu Marga saja.
2. Angka-angka Tahunan sesudah tahun 1914, dikeluarkan dari Daftar ini tersendiri disusun berupa : “Contemporary Batak History”.

Tidak ada komentar: